Ingetberita.com, Jakarta – Menjelang penetapan Hari Tenun Nasional (HTN) pada 7 September 2021, Perkumpulan Pecinta Pariwisata Indonesia (P3I) dan Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI ), Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara (CBKN), Asosiasi Tenun Songket Indonesia (ATSI), LaSalle College Indonesia menggelar pertemuan virtual, Rabu, 1 September 2021 lalu.
Diskusi dihadiri Wakil Menteri Desa PDTT Budi Arie Setiadi, tokoh Dr. Ir. Haryadi B. Sukamdani, dan Harry Darsono. Termasuk mitra luar negeri Amerika Bersatu (AB1) dan luar negeri Eropa Bersatu (PETJ), hingga tokoh mitra lain.
Mengangkat tema ‘Cintailah Tenun Tradisional Indonesia’, diskusi ini menyongsong perhelatan HTN 2021. Dari pihak P3I, diskusi dipimpin oleh Jeffry Yunus, bekerjasama dengan Prof. Dr. Anna Mariana SH., MH., MBA., sekaligus pembina P3I.
Diketahui, Anna dikenal sebagai sosok wanita Indonesia. Ia merupakan pelopor Hari Tenun Nasional, sekaligus pendiri KTTI bersama Yayasan CBKN, serta Asosiasi Perajin Tenun Songket Indonesia. Ia mendedikasikan diri dan berjuang untuk menaungi para perajin tenun songket binaannya yang ada di 34 provinsi di Indonesia.
“Misi gerakan ini adalah mendukung program pemerintah dalam mengurangi pengangguran melalui peningkatan produksi industri ekonomi kreatif. Serta pemberdayaan dan pembinaan perajin tenun tradisional Indonesia,” kata Anna Mariana.
Adapun, usaha untuk menggagas peringatan Hari Tenun Nasional terus dilakukan sejak 24 Februari 2019, dengan deklarasi bahwa HTN ditetapkan pada 7 September. Ini berkaitan dengan kajian akademi serta hasil yang merumuskan bersama seluruh kementerian serta para ahli hukum dan budaya bahwa sekolah tenun pertama didirikan di Indonesia pada 7 September 1929 oleh dr. Soetomo di Surabaya, Jawa Timur.
Sehingga bahan kajian dan rumusan tersebut menjadi bahan rekomendasi keputusan presiden secara resmi melalui Mendikbud RI, Muhadjir Effendy tahun 2019 kepada Presiden Joko Widodo. “Ini bentuk perjuangan pelopor budaya Wastra Tradisional Tenun-Songket Indonesia dalam memperjuangkan dan menyelamatkan aset warisan budaya leluhur bangsa Indonesia,” kata Anna.
Anna juga mengimbau agar masyarakat bisa meningkatkan rasa kecintaan pada produk dalam negeri melalui tradisional tenun Indonesia. “Ini karya anak bangsa yang jadi karakter dan jati diri bangsa. Kebanggaan Indonesia di mata dunia,” imbuhnya.
Gerakan ini didukung komunitas. Mulai dari P3I, komunitas budaya wastra tradisional tenun songket Indonesia, KTTI, hingga CBKN. Termasuk Asosiasi Tenun Songket Indonesia, LaSalle College, desainer, duta besar luar negeri dan beberapa komunitas di luar negeri, seperti di Amerika Serikat dan Eropa.
“Mereka antusias dan sangat mendukung peringatan HTN. Harapannya, produk tenun dan songket Indonesia produknya bisa terus berkembang lebih baik dan dinikmati masyarakat Indonesia dan manca negara secara luas,” ujar Anna.
Anna menambahkan, pentingnya HTN layak diperingati dan terus diperjuangkan kelestarian budayanya. Ini tak lain wujud kepedulian melestarikan budaya milik bangsa Indonesia. Harapan lain, jika HTN telah diresmikan pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, kedepan, seluruh masyarakatnya wajib menggunakan busana tenun dalam setiap hari kerja.
“Mulai dari instansi pemerintah, swasta, siswa sekolah dan universitas negeri atau swasta. Tenun layak diperlakukan seperti kita mengenakan busana batik. Serta terus semangat mendukung para perajin Indonesia agar perkembangan ekonomi dan industri kreatif UKM/UMKM tenun dan songket tradisional di Indonesia bisa terus berkembang lebih baik, luas dan sekaligus meningkatkan produksi,” tambahnya.